Minggu, 23 Maret 2014

Too Hurt to Loving You



Author     : D.A'Grace Young
Title        : Too Hurt to Loving You
Genre      : Sad, Romance
Length     : Oneshot
Note        : The story line is pure of my mine. Ini FF Oneshot pertama aku jadi mian kalau ceritanya nggantung atau jelek, maklumlah saya masih author newbie.
Warning   : Typo bertebaran dimana-mana cerita gaje dan jangan copy paste tanpa ijin dari saya.

Cast : -Kim Seok Jin
          -Park Rachel


                                                                                         -
                                                                                         -
                                                                                         -
                                                                                         -

 
Disaat aku jatuh dan lemah tak berdaya hanya cinta yang datang dan cinta membuat suatu keajaiban yang mutlak.

 

Seok Jin pov.

          “Kau tau apa yang kurasakan saat bersamamu di awal musim salju ini? Rasanya seperti sebuah keajaiban yang terjadi secara percuma. Walaupun akhir-akhir ini kita disibukkan akan pekerjaan kita tapi semua terasa berlalu seperti jarum jam yang terus berjalan, seperti air yang mengalir dengan tenangnya”. Kataku kepada kekasih yang selama ini ku cintai.

         “Aku merindukanmu oppa!” Ujarnya penuh dengan rasa rindu saat kulihat matanya yang juga menangkap mataku.

        “Andai kita bisa selamanya seperti ini, tanpa ada sebuah gangguan yang dinamakan ujian cinta”. Serunya lagi terhadapku, tapi kali ini dia tidak menatapku dan lebih memilih menatap orang yang lalu lalang sembari menggandeng pasangan mereka masing-masing.

        “Rachel-yaa!”. Panggilku pada Rachel dan reflek yeoja itu menoleh ke arahku.

        “Sebelumnya aku ingin minta maaf terhadapmu, mungkin aku tak bisa menjadi kekasih terbaik untukmu. Tapi kumohon jangan sekali-pun kau berniat meninggalkanku, Kumohon! Ingatlah satu hal, aku mencintaimu dan hanya akan tetap mencintaimu!” Ucapku panjang lebar hanya untuk meyakinkan rasaku ini kepadanya. Dan aku menangkap sebuah senyuman diwajahnya, senyuman yang terlukis jelas di bibirnya saat aku selesai mengatakan itu semua terhadapnya.

          “Aku ingin tempat ini menjadi saksi bisu janji kita, untuk selamanya bersama. Meski rintangan menghalang, meski badai menghadang”. Ujar Rachel yang lagi-lagi tak menatapku dan malah memejamkan mata sembari merasakan dinginnya salju yang berjatuhan di tangan dan wajahnya.

                                                                                    ∞∞

Aku ingin membencinya, benar-benar ingin membencinya.
Tapi kenapa (?) Ketika aku baru memulainya, justru aku semakin merindukannya.
Ketika aku memulai untuk membencinya aku….aku malah merasa bersalah pernah berkata bahwa aku membencinya.
AKU INGIN MEMBENCINYA NAMUN TAK BISA.
Dia terlalu putih untuk bisa kubenci.
Dia terlalu baik untuk kubenci.
Dan dia terlalu sempurna untuk kubenci.
Dan kuharap selamanya aku tak akan bisa membencinya.

Rachel pov.


1 years ago…


          “25 hari menuju tahun baru. Ku harap kau tidak lupa Seok Jin”. Seruku dari balik kaca. Aku merebahkan kakiku sejenak untuk menghilangkan rasa pegal di kakiku karena sudah 5 jam aku berlati ballet.
Tanganku  tak henti-hentinya berkutat hanya untukmencoba mengambil I-phone di saku tas milikku. Aku memencet asal layar ponselku. Sampai akhirnya tanganku tak sengaja menyentuh account jejaring sosialku. Tak sengaja pula sebuah berita meluncur  dimataku yang menyatakan bahwa sekarang Seok Jin sudah menjadi seorang penyanyi yang sukses di bawah naungan BigHit entertaiment.

          Aku melihat sejenak berita itu sampai tiba di ujung berita yang menyatakan bahwa Seok Jin akan dikomfirmasikan bernyanyi disalah satu stasiun televisi. “Haruskah aku datang untuk sekedar melihatnya?Aku tak tau apakah aku diperbolehkan oleh pelatihku tapi aku sangat merindukannya. Mungkin rasa ini sudah memuncak dan siap untukmemberikan semburan yang dahsyat.

          “Kurasa aku harus melihatnya, setidaknya sebagai obat rindu karna kami jarang bertemu”. Ya, aku dan Seok Jin sudah tidak bertemu selama 1 tahun, kami terlalu sibuk dengan urusan kami masing-masing, terlebih lagi ponsel Seok Jin disita oleh managernya.

          Sepertinya lengkap sudah semua penderitaan kami. Semuanya seakan terhalang oleh takdir yang dinamakan ujian cinta. Kami berdua mempunyai impian yang harus kami raih. Seok Jin, kini dia sudah mendapatkan impiannya menjadi seorang penyanyi yang sukses. Sekarang tinggal aku, aku akan terus berusaha mendapatkan apa yang kuimpikan selama ini yaitu menjadi seorang ballerina dunia.


                                                                                          ∞∞


          “Ini hari yang istimewa, Harus sempurna!” maka sejak satu jam yang lalu aku sibuk berbenah diri. Bolak-balik di depan cermin. Mengecek baju, rambut, riasan wajahlalu aku menyentuhkan sebuah bando dengan pita berukuran sedang bewarna biru tua di rambutku sebagai sentuhan final. Aku lalu mengambil syal+blazer baruku dan menyemprotkan sedikit parfum di belakang telingaku.

          Aku berjalan keluar rumah dengan rasa percaya diri yang tinggi. Aku mengatur langkahku semenarik mungkin. “Aku akan bertemu denganmu  Seok Jin dan  aku sudah tidak sabar melihatmu lagi, kuharapkau tak mengecewakanku hari ini”. Ucapku penuh harapan yang entah akan terjadi.

          “Akhirnya sampai juga!”. Aku berusaha mendapatkan kursi yang paling depan tapi yah mungkin bukan keberuntunganku, aku malah mendapatkan kursi paling akhir. Karena kulihat para penggemar Seok Jin sudah menyerbu habis kursi-kursi yang ada. Aku mencoba untuk tersenyum berusaha agar hari ini tak ada mood maker yang sering menggangguku.

          Aku melihat Seok Jin berjalan kearah panggung, ia memberi sambutan sedikit untuk penggemarnya lalu langsung saja duduk di sebuah kursi dan siap memencet tuts .. tuts piano. Aku melihat kepiawaiannya dalam memainkan piano itu. Hatiku bergetar mendengar suara Seok Jin, rasanya seperti sebuah racun yang membiusku untuk hanyut dalam alunan lagunya. “Seok Jin aku sangat....sangat merindukanmu, aku merindukan semua hal dari darimu”. Setelah mengucapkan itu, tetesan air mata mulai berjatuhan dari pelupuk mataku, aku tak bias mengontrolnya untuk berhenti. Aku terus mengusap air mataku tapi yang terjadi adalah tetesan air mataku semakin deras.

          Suara keras dari tepukan tangan  para penonton menandakan bahwa Seok Jin sudah selesai bernyanyi dan pertunjukan sudah selesai. Aku berusaha untuk keluar dari tempat dudukku, aku ingin keluar dari sini dan memberikan setangkai bunga mawar merah untuknya. Aku berusaha keras keluar dari desakan para penggemar Seok Jin, sampai akhirnya aku berhasil dan mengejarnya sampai di bawah panggung. Aku memanggil Seok Jin dari belakang, aku melihatnya menoleh sekali kearahku tapi kemudian membuang muka dengan ekspresi yang menandakan bahwa ia tidak peduli dengan kehadiranku. Aku terus memanggilnya sampai akhirnya security datang dan menyeretku keluar.

          Sejak saat itu kupikir Seok Jin tidak lagi menganggapku sebagai kekasihnya. Sepertinya hubungan kami berakhir sampai disini.

                                                                                   ∞∞


          Aku berjalan tanpa tau arah, langkahku menjadi tak teratur. Beberapa kali aku terjatuh dan beberapa kali juga aku bangkit. Aku tak peduli dengan orang-orangyang melihatku. Ini sakit, hatiku hancur! Inikah akhir dari kisah cintaku?. Akhirnya langkahku terhenti di suatu tempat yakni tempat terakhir aku bertemudengan Seok Jin.Tangisku pun semakin menjadi-jadi aku tak kuasa menahannya.

          Setelah beberapa menit aku menangis, aku beranjak dari tempat itu dan pergi menuju tempat latihanku. Pelatihku mungkin sudah menungguku terlalu lama.

          Hatiku boleh hancur tetapi tidak untuk impianku. Aku terus saja menyemangati diriku agar aku tidak menangis lagi. Setelah sampai di tempat latihanku, aku langsung saja mengganti pakaian yang ku kenakan dengan pakaian ballet. Aku mulai berlatih dengan serius karena kompetisi ballerina akan segera diselenggarakan. Aku tak boleh memikirkan Seok Jin lagi, dia sudah bahagia dengan hidupnya yang sekarang, begitu juga denganku.

                                                                                   ∞∞

          Malam berganti pagi, pagi berganti siang, siang berganti malam. Sudah 5 hari aku berlatih ballet dengan serius, melatih semua kelenturan tubuhku agar semuaterasa mudah jika aku tampil nanti.
“Ini, renggangkan kakimu lagi!” Ujar pelatihku sembari berusaha membantu keseimbangan badan dankakiku.“Atau kau akan cidera! Hati-hati ya lihat kebawah, ya longgarkan kakimu lagi!”.Tambahnya terhadapku.Aku terus berusaha mencoba, dan mencoba. Tekat kukali ini sudah bulat, aku harus bisa meraih impianku. “Oke, baik istirahat 10menit!”. Seru pelatihku

          Aku merebahkan kakiku sejenak sembari meneguk sebotol air mineral. Aku melihat Yuna berkata dengan Nari, “Kau tau Seok Jin? Ujar Yuna kepada Nari. “Penyanyi baru itu kan? Jawab Nari kepada Yuna. “Aku tak sengaja melihat artikel tentangnya, disebutkan disini bahwa dia belum pernah pacaran, bagaimana bisa seorang namja setampan dia belum pernah pacaran, ini mustahil !" Seru Yuna mengagetkanku. Deg….aku membulatkan mataku dengan sempurna.

“Bolehkah aku meminjam ponselmu itu?”. Setelah mendapatkan ponsel Yuna aku langsung saja membaca artikel itu. Aku membaca baris awal artikel itu dengan pelan “Seok Jin, penyanyi pendatang baru itu kini membocorkan soal asmaranya. Dia berkata dia belum pernah pacaran dan tak ingin berpacaran karena dia ingin lebih fokus kepada karirnya”

          Aku termenung sejenak sesaat membaca artikel itu. Pandanganku kosong, sampai akhirnya pelatih mengagetkanku.“Sekarang latihan yang sebenarnya akan dimulai,persiapkan propeti yang akan kalian gunakan. Mulailah dengan penuh hati-hati”.

                                                                                              ∞∞

          Besok adalah hari terpenting untukku, seleksi untuk menjadi seorang ballerina dunia sudah di depan mata. Aku menyiapkan semua hal yang akan ku pakai besok. Tubuhku tertahan kala melihat sebuah pointe shoes yang diberikan Seok Jin tahun lalu. Aku melihat sepatu itu dengan seksama, kurasa aku  masih merindukannya. “Haruskah aku memaafkannya?? ..... Kurasa memang harus!”. Aku memencet tombol hijau diponselku mencoba untuk menghubungi Seok Jin.Tapi hasilnya nihil hanya suara operator yang kudengar. Aku tak kehilangan akal akhirnya aku mencoba untukmengirim pesan kepada Seok Jin.

To :Seok Jin
“Aku tau kau sangat sibuk, tapi kumohon datanglah ke pentas ballerinaku besok.Jika kau tak datang ku anggap kau benar-benar tak peduli lagi denganku.‘Cheongdam-dong Gangnam-gu Seoul’.Pukul  10 A.M’

          Setelah mengirim pesan itu aku membanting asal ponselku di ranjang tempat tidurku.“Kuharap kau datang Seok Jin” Gumamku.

                                                                                      ∞∞

Seok Jin pov.

          “Manager,bisa berikan ponselku?Kau sudah lama menyitanya, lagi pula sekarang aku sudah tidak masa trainee lagi.Kumohon!”
“Ponselmu? Ada dirumah, besok akan aku berikan kepadamu! Tapi sekarang kau cepatlah tidur kau pasti lelah karena seharian ini terus bernyanyi”. Setelah mendengar pernyataan itu aku langsung saja pergi kedormku aku membuka pelan pintu dormku dan aku mendapat sebuah sambutan hangat dari cheolsu  anjing kecilku.
“Kau baik-baik saja cheolsu? Mian oppa pulang telat”. Seruku seraya mengelus pelan bulu yang ada dibadan cheolsu. “Cheolsu oppa ingin tanya padamu, kira-kira Rachel marah tidak ya dengan oppa? Aku merasa bersalah dengannya. Sebenarnya oppa sangat merindukannya tapi maneger oppa melarangku untuk bertemu dengannya, lantas oppa harus bagaimana?

                                                                                          ∞∞

          “Ini ponselmu!”. Ucap manager Shin terhadapku sembari menyodorkan sebuah ponsel yang tak asing bagiku. Aku menerima ponsel itu dengan sebuah senyuman dibibirku. “Gomawo-Khamsamida!”. Ujarku menerimannya. Aku memencet tombol power on lalu bersiap mengusap pola layar sebagai kata sandiku untuk bisa membuka daftar menu pada ponselku.Tak selang beberapa menit terdengar bunyi nada sebuah pesan. Aku langsung membukannya, dan ternyata itu dari Rachel.

From : Rachel
“Aku tau kau sangat sibuk, tapi kumohon datanglah ke pentas ballerinaku besok.Jika kau tak datang ku anggap kau benar-benar tak peduli lagi denganku.‘Cheongdam-dong Gangnam-gu Seoul, Pukul 10.00 A.M.

          Aku membaca pelan pesan itu dan berusaha mencerna setiap kata yang tertulis disana ‘besok?’. Setelah menyadari ada kata besok, aku mencoba mengecek tanggal terkirimnya pesan itu dan ternyata pesan tersebut sudah terkirim 15 jam yang lalu. Mataku terbelalak sesaat setelah menyadari bahwa pentas itu dimulai hari ini. Aku mencoba mengecek waktu yang ada di jam tangan kiriku.”10 menit, aku terlambat 10 menit!.” Ucapku tergesa-gesa dan bersiap-siap menancapkan gasmobilku dan pergi.

          Aku mencoba mengendarai  mobil dengan kecepatan tinggi. Berharap masih bisa melihat Rachel beraksi di atas panggung. Aku mencoba menghubungi Rachel berulang kali tapi masih tak ada jawaban. Baru saja tanganku ingin mengetik sebuah pesan untuk Rachel tiba-tiba sebuah cahaya dari arah berlawanan menyipitkan mataku.

Aku tersentak, tanganku kehilang kendali dan aku langsung saja membanting setir menuju trotoar jalan. Aku mendengar suara decitan rem yang sangat keras yang diinjak paksa oleh kendaraan dari arah berlawanan. Akhirnya mobilku menabrak sebuah tiang listrik   ‘Braaaakkkk’  Suara keras dari tabrakan itu sangat memekakan telingaku. Semua orang seketika berhamburan keluar dari rumahnya. Tubuhku terasa sangat lemas,darah segar dari dahiku keluar begitu saja. Napasku mulai tersendat pandanganku mulai kosong, mataku semakin terasa berat untuk kubelalakkan sampai akhirnya semua nyaris terasa gelap …… dan …… gelap.

                                                                           -
                                                                           -
                                                                           -
                                                                           -

Jika kau mendapat rintangan atau sebuah masalah, maka hadipilah. Dan jika kau berbuat salah maka segeralah untuk mengaku dan meminta maaf. Karena maaf adalah senjata utama untuk sebuah perdamaian, tidak peduli siapa yang memulainya terlebih dahulu.



Rachel Pov.

          Aku membuang napas pelan sembari menenangkan semua kegundahan hatiku. Kedua tanganku tak henti-hentinya berkutat dengan ponselku berharap Seok Jin akan membalas pesanku. ”Kumohon Kim Seok Jin! Sekali ini saja datanglah!”. Seruku sembari melihat jam dinding yang terpasang di atas panggung tempat pementasanku. 10 menit lagi acara dimulai dan aku masih belum melihat batang hidung dari Seok Jin. 
” Kurasa dia tak akan datang ”.


“Outro Propose"


          Itulah lagu yang mengiringiku, kulengkukkan tubuhku sesuai dengan gerakan dan irama musik. Sekilas aku melihat bayangan Seok Jin menghantui pikiranku. Bisakah aku hidup tanpanya? Aku tau cintaku bodoh cintaku pedih, cintaku hampa. Tapi setidaknya aku masih sangat mencintainya, aku ingin melihatnya sekali saja memandangku dengan penuh ketulusan seperti 1 tahun yang lalu ketika aku masih bersamanya.

          Waktu itu pada malam tahun baru, kami berdua tersenyum bahagia sembari menjilat ice cream yang ia belikan untukku. Tak bisa aku ingkari, Seok Jin adalah satu-satunya orang yang selalu mengisi jiwaku. Namun kini dia hilang bagai di telan bumi. Andai kau tau Seok Jin hatiku hampa tanpa dirimu hatiku hancur! Bagaimana denganmu  disana? apakah kau masih memikirkanku?.

          Dan saat kulambungkan kakiku keatas tiba-tiba   ‘Bruuk’  kakiku terkilir, semua bayangan tentang Seok Jin seketika menghilang. “Aaaghh”. Rintihku menahan sakitnya pergelangan kakiku. Semua orang berhamburan membantuku. Kudengar salah satu juri memanggil sebuah ambulance dan akhirnya sampailah aku disebuah Rumah Sakit yang cukup besar.

          Dan kini aku beraada disini, tempat yang nyaris sama sekali tak kusuka. Bahkan tak seharipun aku memimpikan datang kesini. Bau dari obat-obatan sangat mengganggu indra penciumanku. Segerombolan orang yang memakai pakaian putih, tiba-tiba datang dan mengecek semua perlengkapanku.

          Dan inilah akhir kisahku, semuanya telah hilang, cintaku sudah berubah menjadi suatu kebencian,dan Impianku sudah menjadi harapan. Aku sangat putus asa ketika dokter mengatakan padaku bahwa aku mungkin tak akan bisa lagi menjadi balerina. Ingin menangis namun tak dapat menangis, ingin tertawa namun itu serasa sangat mustahil bagiku. Itulah yang kurasakan saat ini. Semua telah hancur dan hilang.


Seok Jin pov.

          Aku mencoba membuka mataku pelan,sebuah cahaya matahari seketika memaksa menerobos mataku. Aku melihat bayangan beberapa orang yang duduk disampingku.

          “Manager Shin?”. Ucapku lemah, kulihat seseorang yang kupanggil manager Shin itu terkejut bukan main saat kupanggil namanya.“Kau sudah sadar?Tunggulah, sebentar aku akan memanggil dokter untukmu”.Serunya sembari berlari memanggil dokter.

          Dokter itu pun akhirnya datang dan mengecek semua hal yang terpasang dalam tubuhku. Dia juga berkata bahwa aku tidak apa-apa mungkin istirahat dua minggu juga akan pulih. Dan setelah itu aku pun dipindahkan ke Kamar yang lebih besar dan nyaman.

          Aku mulai teringat sesuatu tentang acara balerina itu. Rachel mungkin akan sangat kecewa terhadapku karna aku tak bisa datang. “Manager Shin kau tau dimana ponselku?”. Tanyaku pada manager Shin yang baru saja akan duduk di sofa. “Ponselmu sedang diperbaiki, kenapa? Apa ada sesuatu yang kaubutuhkan?”.Tanyanya sembari menyalakan sebuah televisi. “Bisa aku pinjam ponselmu?” Ujarku dengan wajah tak karuan.
Aku menerima ponsel manager Shin dan mencoba untuk menghubungi seseorang. “Rachel, kumohon angkatlah!”. Lirihku dari ujung ponsel. Aku mencoba menghubunginya beberapa kali namun hasilnya nihil. Masih tak ada jawaban. Kurasa aku mulai menyerah olehnya.


                                                                                    ∞∞


          Hari sudah berganti malam dan aku mulai merasa bosan di kamar ini. Kuputuskan diriku untuk mengelilingi Rumah Sakit ini sebentar untuk sekedar refresing. Aku melangkahkan kakiku pelan sembari membawa infus di tangan kiriku. Aku juga memakai topi dan sebuah kacamata agar tak ada orang yang mengenaliku. Seorang gadis yang tengah menangis tiba-tiba saja menghentikan langkahku. Mataku membulat sempurna kala menyadari bahwa gadis itu adalah seseorang yang sangataku kenal.

          Aku mencoba untuk menghampirinya, sebenarnya aku tak tau dan tak mengerti kenapa dia berada di taman Rumah Sakit malam ini. Dan dia juga menggunakan baju persis seperti punyaku yang menandakan bahwa dia juga dirawat dirumah sakit ini. Aku mencoba untuk menyapanya ‘An-nyeo-hase-yo’ Ucapku terbata-bata. Dia sama sekali tak menatapku, pandangannya masih kosong.

          “Boleh, aku duduk disini?” Ucapku terhadapnya, dan lagi-lagi dia tak mengeluarkan kata sedikit pun dan dia hanya mengangguk pelan.“Kenapa kau menangis disini?”Tanyaku memulai pembicaraan. Tak ada jawaban, aku lalu melangkah pergi namun kakiku tersendat kala mendengar pernyataannya.

          “Tunggu!”.Serunya yang lagi-lagi tak melihatku. “Boleh aku bercerita kepadamu? Kau takperlu menjawabnya, kau hanya perlu mendengarnya. Jika kau tak suka mendengarnya kau boleh pergi.”Tambahnya. “Apa masalahmu sangat rumit?’’Tanyaku dan sepertinya dia masih tak mau menatapku.

          “Aku tidak tau. Sekarang… aku hanya ingin marah kepadanya. Orang itu sepertinya sudah tidak peduli lagi denganku. Ya, orang itu… laki-laki itu…! Semakin aku memikirkannya, aku malah ingin lebih marah kepadanya. Hari-harinya saat ini mungkin sangat sulit karena orang itu tidak memiliki siapa-siapa lagi. Tapi aku seperti seseorang yang bodoh disisinya. Aku tak bisa didekatnya, aku sangat marah tentang hal itu. Dan sekarang yang semakin membuatku marah adalah aku mungkin tidak akan pernah bisa lagi bersamanya. Aku begitu marah dengan diriku yang sekarang. Aku sangat marah dengan diriku tapi aku juga marah dengannya” Ujarnya yang di akhiri dengan tangisin yang semakin kencang. “Aku membencinya tapi aku merindukannya”. Ucapnya dengan tangisan yang lebih kencang.

          “Kalau kau ingin menangis, menangislah! Keluarkan semuannya”. Kataku menenangkannya.“K-kau aku seperti pernah mendengar suaramu!” Tannyanya yang tiba-tiba menghentikan tangisannya dan menghapus semua air mata yang membasahi pelupuk matanya.“K-KI-KIM S-SEOK JI-IN?” Ujarnya terkejut.

          “Ini memang aku….Rachel!” Kataku sembari melepas Kacamata dan topi yang menghiasi kepalaku. Aku melihat Rachel yang seraya ingin pergi dari tempat semulanya namun dengan sigapnya tanganku menahannya.

         “Terima kasih sudah merindukanku, tak seharusnya kulakukan itu padamu!. Aku tidak ingin kau memaafkanku  hanya saja kumohon jangan membenciku”. Pintaku pada Rachel. Aku tak tau apakah Rachel akan memaafkanku atau tidak tapi yang kutangkap dari matanya adalah pernyataan bahwa ada rasa benci dimatanya.

          “Sudah terlambat, kupikir rasa rindu ini sudah menjadi rasa benci. Cintaku sudah menjadi rasa benci. Kau merusak segalanya  Impianku, Harapanku, Cita-citaku dan Cintaku. Kau merusak segalanya KIM..SEOK JIN!!”. Deg,… setiap kata yang diucapkan Rachel benar-benar menusuk jantungku. Aku tak tau lagi harus bagaimana, seketika rasanya mulutku seperti terkunci.“ Sekarang pergilah, aku tak mau melihatmu lagi”.

         “Kumohon Rachel maafkan aku”. Dan kini hanya kata-kata maaf yang terlontar dalam bibirku. “Maafkan aku karena aku terlalu sibuk dengan  urusanku. Untuk sekarang aku hanya ingin bersamamu, aku hanya ingin melihatmu dan hanya kamu”.

         “Sepertinya kau bukan siapa-siapaku lagi Kim Seok Jin. Kau tak pernah ada disaat aku butuh dan kau juga tidak pernah ada  disaat aku kesepian”. Ujarnya dengan mata yang memerah dan bengkak. Aku tak tau aku harus berkata apa untuk meyakinkannya kali ini. “Maafkan aku, aku berjanji akan memperbaiki sikapku. Waktu itu aku hanya takut pada managerku”. Kataku spontan dan kurasa Rachel tak menyukai setiap kata yang kuucapkan.

         “Kau lebih takut kepada managermu dari pada cinta kita? Kupikir kita benar-benar berakhir sampai disini”. Aku melihat sebuah amarah yang belum terpendam dalam dirinya. Aku bingung sekarang, aku kehabisan kata-kata sampai akhirnya.“T-Ta-tapi Aku Masih Mencintaimu?” Seruku penuh dengan keyankinan.

         “Mencintai bukan sebuah alasan. Kau pikir cinta bisa kau raih dengan mudahnya? Tak selamanya cinta akan mudah”. Kali ini dia benar-benar marah denganku, aku tak pernah melihat dia seperti ini sebelumnya. Mungkin ini semua gara-gara aku. Aku yang merubahnya menjadi seperti itu.

        “Kau tau walaupun matahari berhenti mengibarkan kilauan cahayanya atau bulan yang lelah menampakkan sinarnya, aku akan tetap..”. Belum selesai aku meneruskan kata-kataku tiba-tiba Rachel memotongnya.“Kau pikir cinta hanya bisa diungkapkan dengan kata-kata? Kau salah jika beranggapan seperti itu cinta murni berawal dari rasa bukan kata-kata”.

        “Tapi kumohon berilah kesempatan padaku”. Ini adalah yang kesekian kalinya aku memohon kepada Rachel,dan kesekian kalinya juga dia tak mendengarku.“Terlambat untuk sebuah kesempatan .Aku tak mau lagi melihatmu. Kurasa kita sudah berakhir, cepat lepaskan tanganmu. Jangan sampai wartawan melihatmu, melakukan hal gila seperti ini”. Ujarnya sembari melepas kasar tangannya yang ku genggam erat.

        “Baiklah kalau itu maumu, tapi aku tak akan menyerah aku akan berusaha mendapatkan kepercayaan darimu lagi”. Teriakku dan kini semua orang telah melihatku dan mencoba mengeluarkan ponsel mereka untuk sekedar memfotoku. Kini aku tak peduli lagi dengan karirku, yang kupedulikan saat ini adalah mendapatkan kepercayaan dari Rachel. Aku hanya mempunyainya bahkan kedua orang tuaku sudah lama mencampakanku. Dia yang selalu menjagaku, dia juga yang selalu membuat senyuman dibibirku.


                                                                            ∞∞


          Sudah tiga hari terakhir ini aku mengirim sebuah coklat ke kamar Rachel tapi selama tiga hari itu juga coklatku selalu ditolak olehnya. Sebegitu bencinya-kah dia terhadapku? Dan kini kesabaranku mulai habis. Aku mencoba mendatangi kamarnya,aku ingin memastikan masihkah aku ada dihatinya?.

          Aku memasuki kamar putih itu dengan ragu. Aku melihat Rachel yang terbaring disana, matanya tengah melihat sebuah layar televisi yang dipasang di depannya. Dia menatap layar televisi itu lekat-lekat bahkan tak sedetik pun dia mengalihkan pandangannya dari televisi itu. Aku mencoba mencari tau sebenarnya apa yang dia lihat sampai-sampai dia harus menitihkan air mata. Dan sekarang aku mengerti kenapa dia seperti Itu. Dia merindukan impiannya yang telah hancur.

          Akumerasakan tanganku bergetar saat kucoba untuk membuka pintu kamarnya.“Rachel-yaa!”.Panggilku perlahan, dia menangkapku. Sepertinya dia sangat terkejut dengan kehadiranku. Sesekali dia mencoba menghapus air mata yang menggenang di pelupuk matanya. “Untuk apa kau datang kemari?” Tanyanya dingin.“A-aku hanya ingin mengembalikan ini kepadamu”. Seruku mendekat kearah Rachel dan memberikan sebuah kalung yang sudah lama menggantung dileherku.

          “Maafkan aku!”. Ujarku sembari melangkah pergi. “Tunggu”. Ucapnya yang membuat langkahku terhenti. “Aku sudah memaafkanmu, jadi…. Aku mohon maafkan aku juga!” Tambahnya yang seketika membuat hatiku senang. Aku tak tau apa ini nyata, kucoba untuk mencubit pipiku dan ternyata rasanya sakit. Ini nyata, ini benar benar nyata. “K-kau memaafkanku?”. Tanyaku dalam keraguan. “Hmm!”.  Dia ternsenyum lalu setelah itu mengangguk.

          Aku menoleh ke arah Rachel dan sesegera mungkin memeluknya. Ini bagaikan kado natal terindah untukku. Keajaiban datang ketika Cinta melawan kebencian.“Mianhae!”.Ucap kami bersamaan, lalu kami tersenyum. Aku melihat air mata keluar dari mata Rachel. “Mian tak seharusnya aku berkata kasar kemarin”. Ujar Rachel yang masih dalam pelukanku, suaranya yang lembut memberikan kehangatan disetiap kata yang dia ucapkan. “Maafkan aku juga karna tak datang di pentas ballerinamu!”.

                                                                            END

Gimana? Absurt kan? *hehe.

2 komentar: